Blog

  • Atasan Crop Wanita: Mix and Match Biar Nggak Ngebosenin!

    “Crop Top Lagi, Crop Top Lagi…”

    Gini deh, di dunia fashion Gen Z sekarang, crop top itu udah kayak nasi —
    ada di mana-mana dan cocok dipadu sama apa aja.
    Tapi masalahnya: gimana caranya biar nggak keliatan ‘itu-itu aja’? (more…)

  • Streetwear Lokal dengan Identitas Kuat? Cek KOMA Apparel

    Awal Mula Koleksi Perdana KOMA

    KOMA lahir dari semangat anak jalanan kreatif yang pengen nunjukin kalau streetwear lokal bisa punya identitas sendiri. Setiap artikel dibuat bukan cuma buat dipakai, tapi juga buat nge-represent karakter lo — dari yang chill, edgy, sampe yang suka tampil beda tapi tetap effortless. (more…)

  • Warna Outfit Paling Hype 2025

    Apa aja warna paling hype untuk outfit di tahun 2025?

    Tren fashion skena di tahun 2025 makin liar, makin berani, tapi tetap punya arah yang jelas. Nggak cuma ngomongin potongan baju, kali ini dunia streetwear lagi heboh sama permainan warna yang out of the box. Dari tone bold yang ngegas, earthy yang adem, sampai playful yang nyala di jalanan, semuanya lagi rebutan spotlight. (more…)

  • French Crop bukan cuma Hairstyle?

    Gaya Rambut yang Jadi Identitas

    French Crop dan Filosofi di Baliknya

    French crop itu udah bukan cuma potongan rambut yang lagi tren di barbershop — tapi udah jadi simbol dari clean look culture anak muda. Potongan ini simpel, bagian atasnya agak tebal, sisi-sisinya rapi, dan poni depan dipotong lurus. (more…)

  • Bloke Core Style: Gaya Sporty Anak Skena Kekinian

    Asal Mula Bloke Core — Dari Lapangan Bola ke Jalanan

    Kalau lo liat tren fashion akhir-akhir ini, pasti nyadar deh kalau bloke core makin sering muncul di FYP TikTok atau explore Instagram. Tapi sebenernya, gaya ini bukan hal baru. Bloke sendiri itu istilah slang dari Inggris yang artinya “cowok biasa” atau the lads.
    Jadi, bloke core awalnya terinspirasi dari gaya cowok-cowok Inggris tahun 90-an yang doyan banget nongkrong sambil nonton bola. Bayangin aja: jaket tracktop, polo shirt, sneakers putih, dan beer di tangan. Gaya ini dulu simpel banget, tapi sekarang malah jadi cool aesthetic yang diromantisasi sama Gen Z. (more…)

  • Outfit Streetwear Unisex: Gaya Fleksibel Buat Semua Gender

    Sedikit Rewind: Kenapa Streetwear Bisa Jadi Gaya Semua Orang?
    Streetwear tuh awalnya bukan soal fashion — tapi soal movement.
    Dateng dari budaya jalanan, musik, skate, dan komunitas yang males dikekang aturan berpakaian formal.


    Dan makin ke sini, streetwear jadi bahasa global yang nembus batas gender, sosial, dan status. Dulu, cowok diidentikkan sama gaya maskulin: kaos longgar, hoodie, sneakers tebal.
    Cewek? Harus feminin, crop top, atau dress manis.

    Sekarang? Semua bisa jadi semua.
    Itu yang disebut unisex freedom, bro — dan di situlah Koma Baju Skena main dengan elegan.

    1. Streetwear Unisex = Nggak Ada Aturan yang Kaku

    Unisex itu bukan sekadar baju yang bisa dipakai cowok-cewek.
    Lebih dari itu, ini soal cara lo memandang identitas.

    Lo bisa pakai oversized tee + cargo pants, dan tetep kelihatan keren entah lo siapa.
    Streetwear unisex ngasih ruang buat orang berekspresi tanpa takut “nggak cocok.”
    Karena cocok itu bukan di tubuh — tapi di attitude. Kalau lo pede, semua look jadi valid.

    2. Item Basic yang Wajib Lo Punya

    Nah, biar outfit lo selalu on point tapi tetep effortless,

    nih beberapa item wajib anak streetwear unisex yang timeless banget:

    • Kaos Oversize: vibe chill, cocok buat layering atau tampil simpel.
    • Crop Top atau Cut Tee: buat look edgy tapi tetep clean.
    • Cargo Pants / Parachute Pants: gerak bebas, tampil keren.
    • Topi & Shoulder Bag: detail kecil tapi bisa ngangkat keseluruhan look.
    • Jaket Tracktop Vintage: sentuhan retro yang lagi naik banget sekarang.

    Kuncinya di mix-and-match, bukan di jenis kelamin.
    Lo bebas eksplor — mau nyampur crop top sama celana baggy? gas.
    Mau pakai hoodie tebal tapi dipadu rok mini? valid banget.

    3. Kunci Utama: Oversized & Layering

    Kalau lo perhatiin, banyak outfit unisex itu main di fit dan layering.
    Kaos oversize tuh basic banget di dunia streetwear.
    Kenapa?

    Karena potongan longgar itu aman dipake siapa aja mau cowok ataupun cewek. Tinggal lo atur layer-nya aja.

    Misal:

    • Kaos oversize + inner lengan panjang
    • Tracktop di luar hoodie
    • Crop top di bawah jaket denim

    Layering bikin dimensi outfit lo lebih dalam.

    Lo bisa main warna, tekstur, bahkan potongan biar hasil akhirnya gak monoton.

    4. Warna, Siluet, dan “Vibe” Itu Segalanya

    Buat anak skena sejati, warna tuh punya makna.
    Streetwear unisex bukan tentang feminin atau maskulin, tapi tentang balance.

    Warna-warna netral kayak hitam, abu, krem, olive, atau cokelat tua tuh wajib.
    Tapi jangan takut main warna bold juga — merah bata, biru electric, bahkan ungu pastel bisa banget kalau lo tau cara bawanya.

    Siluet juga penting: potongan boxy, loose, atau cropped bisa ngubah persepsi.
    Lo bisa tampil chill tapi tetep punya power.

    “Bukan soal baju yang lo pake, tapi energi yang lo bawa.”

    5. Streetwear Sebagai Bahasa Visual Anak Muda

    Generasi sekarang lebih ekspresif, tapi nggak selalu lewat kata-kata.
    Mereka ngomong lewat outfit.

    Kaos bertulisan “Stay Weird” atau “Don’t Copy Me” tuh bukan sekadar gaya, tapi pesan.
    Dan di sinilah Koma Baju Skena hadir — bukan cuma jual baju, tapi nyediain medium buat lo ngomong pake kain.

    Streetwear itu kayak jurnal visual:
    tiap outfit nyeritain mood lo hari itu.
    Lagi rebel? Lo pilih warna gelap dan tulisan nyolot.
    Lagi chill? Lo pakai warna earth tone dan cutting loose.

    6. Mix Culture: Gaya Skena yang Gak Takut Tabrak

    Anak skena itu punya satu moto abadi:

    “Kalau bagus di mata gue, berarti valid.”

    Lo bisa nyampur gaya grunge, hip-hop, dan indie dalam satu tampilan — dan malah itu yang bikin lo beda.
    Streetwear unisex justru makin keren kalau nggak seragam.

    Contoh, lo pakai tanktop basic, ditumpuk flanel vintage, lalu celana parachute dan sneakers bulky.
    Random? iya.
    Keren? banget.

    Dan di situlah letak “jiwa skena” — bebas tapi punya arah.

    7. Outfit Unisex Buat Setiap Mood

    Biar makin gampang, nih inspirasi dari mood styling versi anak Koma Baju Skena:

    • Mood Chill: Kaos oversize + short pants + topi bucket.
    • Mood Rebel: Crop tee + tracktop + celana hitam cut wide.
    • Mood Street Vintage: Rib tanktop + flanel + jeans longgar.
    • Mood Confident: Longsleeve crop top + cargo + sneakers bold.
    • Mood Artsy: Kaos grafis + kemeja kebuka + shoulder bag kecil.

    Pilih gaya bukan buat impress orang lain, tapi buat nunjukin versi terbaik diri lo.

    8. Detail Kecil, Tapi Ngangkat Look

    Streetwear unisex tuh kayak puzzle: kadang yang paling kecil, justru paling penting.
    Coba tambahin:

    • Kalung rantai tipis.
    • Cincin silver minimalis.
    • Belt besar.
    • Shoulder bag kecil warna netral.
    • Kaos kaki tinggi dengan logo nyentrik.

    Detail itu ngasih lapisan ke gaya lo — biar nggak datar.
    Dan lo bisa ngulik terus biar nggak monoton tiap hari.

    9. Gaya Unisex = Gerakan Anti Stereotip

    Di balik fashion yang keliatannya “cuma baju,” ada pesan sosial juga.
    Streetwear unisex tuh jadi bentuk perlawanan halus buat ngilangin batasan gender di dunia fashion.

    Karena jujur aja, gaya itu nggak punya jenis kelamin.
    Yang bikin beda cuma keberanian lo buat jadi diri sendiri.
    Dan anak-anak skena paham banget hal itu — mereka nggak peduli “cewek harus gini”, “cowok harus gitu.”
    Yang penting vibe lo valid.

    10. Dari Jalanan ke Dunia Digital

    Dulu, streetwear cuma bisa diliat di jalan, di tongkrongan, di gigs.
    Sekarang? Dunia digital bikin gaya ini mendunia.
    TikTok, Instagram, dan Pinterest jadi runway gratis buat anak muda nyebarin gayanya.

    Dan serunya, Koma Baju Skena jadi bagian dari gerakan itu.
    Brand yang dimulai dari keresahan anak muda — sekarang jadi simbol lokal yang ngerti banget kultur Gen Z.
    Mereka nggak jual tren, mereka jual sikap.

    11. Penutup: Unisex Adalah Kebebasan yang Nyata

    Jadi, kalau lo masih mikir “baju unisex tuh aneh” —
    lo belum ngerasain gimana rasanya bebas tampil tanpa label.

    Fashion itu kayak playlist Spotify: isinya campur, tapi tetep nyatu karena lo yang milih.
    Dan streetwear unisex jadi cara paling real buat bilang,

    “Ini gue, apa adanya — dan gue nyaman dengan itu.”

    Kalau lo pengen outfit yang nggak cuma ngikutin tren, tapi nggambarin siapa diri lo,
    cek koleksi terbaru dari Koma Baju Skena.
    Karena di sana, setiap jahitan punya cerita.
    Setiap sablon punya makna.
    Dan setiap outfit — dibuat buat lo yang berani tampil real, tanpa nunggu validasi.

  • Tracktop Adidas vs Lokal! Lo di Kubu Siapa?

    Di dunia streetwear, tracktop udah kayak seragam tidak resmi anak skena.

    Mau nongkrong, nonton gig, atau cuma jajan kopi di sore hari — tracktop selalu jadi pilihan yang gak pernah gagal.
    Dan kalau ngomongin tracktop, dua kubu langsung muncul:
    yang pemuja Adidas ori, sama yang bangga pakai brand lokal.

    Nah, pertanyaannya:
    Buat anak skena Indonesia yang hidupnya di antara thrift shop, distro, dan gig malam —
    mana yang lebih worth it: Adidas ori atau tracktop lokal kayak Koma Baju Skena? (more…)

  • Tren Fashion Korea & Pengaruhnya di Streetwear Indonesia

    Tanpa kita sadarin dan lo pasti gak nyangka kalo fashion streetwear di Indonesia dan khususnya di kota-kota besar itu ada pengaruh dari Korea khususnya Korea Selatan. Gak percaya? coba aja baca artikel ini lebih lanjut

    1. Dari Seoul ke Jakarta: Gelombang Fashion Korea

    Broow, siapa sih sekarang yang gak tau betapa kerennya fashion Korea?
    Dari jalanan Seoul sampai ke tongkrongan di Jakarta, vibe-nya udah berasa banget.
    Influence K-fashion itu gede banget — bukan cuma karena drama atau idol, tapi karena mereka berhasil nyiptain gaya yang nyatuin gaya chill, edgy, dan stylish dalam satu look.

    Anak-anak skena di Indonesia pun mulai nyerap gaya itu, tapi dengan cara mereka sendiri.
    Bukan sekadar niru, tapi di-remix biar nyatu sama budaya lokal.
    Lo bisa liat dari cara mereka paduin crop top, cargo pants, sneakers chunky, dan jaket oversize — semua beraroma Korea, tapi tetep punya “napas jalanan” Indonesia.

    2. Gaya K-pop Jadi Kiblat Baru Fashion Skena

    Gak bisa dipungkiri, idol K-pop punya pengaruh besar banget di dunia fashion.
    Dari G-Dragon, Jennie BLACKPINK, sampe NewJeans, semua punya gaya khas yang sukses bikin banyak orang kepincut.
    Dan anak skena di sini? Langsung ngeblend gaya itu ke fashion harian mereka.

    Misalnya, crop top lengan panjang kayak yang sering dipake idol cewek, dipadukan sama baggy jeans dan sneakers vintage.
    Atau cowok-cowok yang mulai berani pake warna pastel, cardigan, bahkan aksesori nyentrik kayak kalung mutiara atau cincin besar — khas banget Korean street style.

    Tapi bedanya, anak skena Indo suka kasih twist lokal — entah lewat totebag brand lokal, atau patch dari band lokal di jaket mereka.
    Keren banget kan, hasilnya jadi fusion antara K-fashion dan local pride.

    3. Streetwear Korea: Clean Tapi Tetep Nyata

    Kalau lo perhatiin, streetwear Korea punya ciri khas yang beda dari Amerika atau Jepang.
    Gaya mereka tuh rapi tapi santai, minimalis tapi tetep bold.
    Kebanyakan outfit-nya main di warna netral kayak hitam, abu, putih, atau beige — tapi potongannya tuh “nyeni”.

    Nah, anak-anak skena di Indo mulai adaptasi konsep ini juga.
    Lo liat deh di gigs atau coffee shop sekarang: banyak yang tampil dengan hoodie oversize, outer polos, celana lebar, dan sepatu clean style kayak New Balance atau Converse klasik.
    Tampilan kayak gini tuh fleksibel banget — bisa buat nongkrong, kerja, sampe tampil di event musik.

    4. Crop Top, Oversize, dan Layering: Trio Gaya Favorit

    Gaya fashion Korea dan skena punya kesamaan besar di sini, broow — sama-sama suka main di potongan oversized, layering, dan crop.
    Cewek-cewek skena udah makin pede tampil dengan crop top, bahkan sering di-mix sama kemeja longgar atau jaket parasut.
    Cowok-cowok juga gak kalah, mereka makin berani pake outer tipis, vest, atau sweater layering buat tampil beda.

    Buat skena lovers, ini bukan soal ngikutin tren, tapi soal nyari bentuk ekspresi diri lewat outfit.
    Mereka mix warna pastel Korea dengan vibe grunge lokal.
    Hasilnya? Look yang chill tapi punya karakter kuat — khas anak nongkrong, tapi tetep bersih kayak idol Korea.

    5. Fashion Korea dan Kebebasan Gaya Anak Muda

    Hal keren dari tren Korea itu bukan cuma tampilannya, tapi pesan di baliknya: bebas berekspresi.
    Di Korea, banyak desainer dan influencer fashion yang berani nge-break batas gender dalam pakaian.
    Cowok pake crop top? Biasa. Cewek pake oversized blazer maskulin? Sah-sah aja.
    Dan ini nyatu banget sama semangat dunia skena di Indonesia, yang juga nentang aturan-aturan kaku soal “baju cowok” dan “baju cewek.”

    Sekarang lo bisa liat anak nongkrong di Senopati atau Braga yang gayanya udah kayak dari Harajuku bercampur Seoul.
    Campur-campur, tapi enak dilihat.
    Yang penting vibe-nya authentic.

    Iqbal

    6. Media Sosial: Mesin Penyebar Gaya

    Gaya Korea gak bakal nyampe secepat ini kalo bukan karena media sosial.
    TikTok, Instagram, sampe Pinterest udah kayak catwalk digital buat fashion Korea dan skena.
    Anak-anak muda Indo tinggal scroll aja, terus bisa langsung nyontek, remix, dan eksplor gaya mereka sendiri.

    Lo pernah liat video outfit check dengan lagu-lagu NewJeans atau BIBI?
    Nah, itu udah jadi gaya hidup baru.
    Dari outfit kampus, nongkrong, sampai OOTD nonton gigs — semuanya terinspirasi dari cara idol dan content creator Korea tampil di platform digital.

    7. Local Brand yang Kena Pengaruh Korea

    Sekarang banyak brand lokal yang ngambil inspirasi dari gaya Korea tapi tetep bawa identitas Indonesia.
    Kayak Kudos, RODEO, atau Sunday Sunday, mereka mulai main di tone pastel, potongan longgar, dan bahan ringan yang sering banget kita liat di drama Korea.
    Tapi mereka tetep bawa elemen lokal kayak font tulisan Indonesia, warna tropis, dan grafis pop culture lokal.

    Hasilnya? Gaya yang bisa dibilang “Korea taste, local soul.”
    Cocok banget buat anak skena Indo yang pengen tampil edgy tapi gak kehilangan akar budaya.

    8. Fashion Korea dan Gigs Culture

    Kedengerannya gak nyambung, tapi fashion Korea juga punya pengaruh ke dunia gigs dan tongkrongan musik.
    Kalau dulu anak gigs identik sama band tee dan ripped jeans, sekarang banyak yang tampil lebih rapi tapi tetap cool.
    Kayak pake tracktop, loose pants, atau cardigan tipis — terinspirasi dari idol yang tampil di variety show tapi masih punya vibe musisi jalanan.
    Ini bukti kalau gaya Korea tuh udah bukan cuma tren pop, tapi udah nyebrang ke subkultur skena juga.

    9. Perpaduan yang Ngebentuk Gaya Baru

    Kombinasi fashion Korea dan skena ini melahirkan scene style yang unik banget di Indo.
    Anak muda sekarang gak cuma jadi peniru, tapi juga kreator.
    Mereka bisa pake outfit Korea-style tapi dipadukan sama kaos lokal, topi thrift, atau totebag hasil sablonan sendiri.
    Semuanya jadi personal dan otentik banget.

    Dan kerenya lagi, gaya ini berkembang lewat komunitas.
    Dari acara lokal, pameran, sampe gigs kecil — semua saling tukar inspirasi.
    Ini bukan cuma soal baju, tapi soal budaya dan ekspresi anak muda Indonesia yang makin terbuka dan kreatif.

    10. Gaya Korea = Awal, Skena Indonesia = Evolusi

    Akhirnya, bisa dibilang fashion Korea jadi salah satu starter pack buat banyak anak muda eksplor gaya mereka.
    Tapi yang bikin unik, mereka gak berhenti di situ.
    Anak-anak skena Indo tuh selalu punya “bumbu sendiri” yang bikin gaya mereka beda.
    Lebih santai, lebih tropis, lebih gue banget.
    Dan di situlah letak kekuatan fashion Indonesia sekarang — bisa adaptif tapi tetep punya karakter.

    Kesimpulan: Bukan Sekadar Tren, Tapi Identitas Baru

    Fashion Korea mungkin yang nyulut percikan, tapi dunia skena Indonesia yang bikin apinya nyala terus. Koma Apparel juga mengadopsi dari fashion streetwear yang ada di korea, karena tren fashion yang massive meng-influence kebanyakan anak muda di Indonesia.
    Perpaduan dua gaya ini nunjukin gimana anak muda Indo tuh kreatif banget — bisa ngeramu pengaruh luar tapi tetep relevan sama budaya sendiri.
    Entah lo penggemar K-pop, anak gigs, atau sekadar penikmat fashion, gaya ini tuh bukti kalau fashion itu bukan soal niru, tapi soal nyiptain versi lo sendiri.

  • Kaos Skena vs Kaos Band Biasa: Apa Bedanya Sih?

    🎸 Kaos Itu Lebih dari Sekadar Kain

    Buat orang awam, kaos ya cuma kaos. Tapi buat anak skena, kaos itu identitas, bro.
    Dari desain, potongan, sampai cara lo paduin sama celana atau aksesoris, semuanya nunjukin siapa diri lo sebenarnya.

    Kaos itu bukan cuma outfit; dia kayak bendera gaya hidup.
    Dan di dunia streetwear, ada dua kubu yang sering bikin bingung orang luar: kaos skena dan kaos band.
    Sama-sama keren, sama-sama punya fans, tapi dua-duanya punya DNA yang beda banget.

    🤘 Kaos Band: Merchandise dari Dunia Musik

    Kaos band tuh kayak souvenir budaya dari era gigs dan moshpit.
    Biasanya, desainnya ngambil cover album, logo band, atau jadwal tur.
    Buat penggemar musik, kaos band bukan cuma fashion — tapi bukti cinta sama band favorit.

    Coba bayangin lo pake kaos Metallica atau The 1975; otomatis orang lain bakal bisa nebak selera musik lo.
    Kaos band itu kayak shorthand buat ngomong, “nih, musik gue kayak gini.”

    Tapi ingat, kaos band itu awalnya emang merch. Fungsinya buat promosi, bukan buat nyiptain aesthetic baru.
    Makanya, kalau lo perhatiin, desainnya cenderung bold, simple, dan nyorot ke logo band-nya.

    🖤 Kaos Skena: Manifesto Gaya Jalanan

    Nah, kaos skena beda cerita.
    Dia lahir bukan dari satu band, tapi dari gerakan dan komunitas jalanan.
    Mulai dari anak skate, fotografer indie, sampe seniman jalanan — semua gabung di vibe yang sama: bebas, jujur, dan anti template.

    Kaos skena itu kayak kanvas buat ekspresi.
    Desainnya sering nggak ada logo brand besar, tapi punya visual yang ngena banget.
    Kadang absurd, kadang nyindir, kadang cuma font kecil di dada tapi meaningful parah.

    Lo tahu kenapa anak skena suka banget kaos polos dengan tipografi kecil di tengah dada?
    Karena yang penting maknanya, bukan gimmick-nya.

    🎧Makna Visual: Desain Kaos yang Ngomong Banyak

    Kalau lo perhatiin, desain di kaos skena tuh nggak asal tempel gambar.
    Ada vibe-nya. Ada pesan yang kadang cuma bisa dimengerti sama “anaknya aja.”

    Desainnya bisa berupa tulisan nyeleneh, font kayak coretan spidol, atau ilustrasi absurd yang keliatannya random — tapi ternyata ngelambangin sesuatu.
    Kadang itu bentuk ekspresi, kadang sindiran, kadang cuma pengen nunjukin: gue beda dari mainstream.

    Sedangkan kaos band lebih literal.
    Lo bakal nemuin nama band-nya gede banget di depan, lengkap sama logo dan tanggal tur.
    Itu keren, tapi lebih ke arah “gue fans band ini,” bukan “gue bagian dari kultur ini.”

    Nah, itulah yang bikin kaos skena punya energi yang lebih liar.
    Dia bukan sekadar fandom — dia gerakan kecil dalam bentuk kain.

    🧩Gaya Anak Skena: Kaos Jadi Pondasi Fashion Statement

    Buat anak skena, kaos itu pondasi.
    Dari situ baru lo bangun gaya lo: mau ditumpuk jaket denim, flanel, atau tracktop.
    Dan karena basic-nya udah kuat — ya udah, sisanya tinggal improvisasi.

    Misal lo pakai kaos oversize warna hitam dengan sablon kecil bertulisan “I Don’t Belong Here.”
    Udah cukup tuh buat ngasih sinyal ke orang sekitar kalau lo bukan tipikal yang suka ikut arus.
    Itu vibe, bro.

    Bandingin sama kaos band Metallica — keren sih, tapi itu loud in a different way.
    Kaos skena itu lebih subtle, tapi tetap punya taji.
    Kayak “gue ngomong pelan, tapi yang denger paham.”

    🧥 Material & Cutting: Detail Kecil, Efek Besar

    Sekilas emang sama-sama cotton. Tapi lo tau bedanya di mana?
    Di fit dan feel-nya.

    Kaos skena biasanya cutting-nya oversize atau boxy, biar jatohnya santai dan effortless.
    Kadang malah bahannya lebih tebal dikit biar jatohnya structured, nggak nempel di badan.
    Beda sama kaos band yang umumnya pakai bahan standar merch — enteng, tapi kadang tipis banget.

    Makanya pas lo pakai kaos skena, vibe-nya beda.
    Bukan cuma soal desain, tapi gimana dia ngebentuk siluet tubuh lo.
    Ada rasa “gue tampil tapi nggak maksa.”

    🧠 Filosofi di Balik Kaos Skena

    Lo tau kenapa banyak anak muda akhirnya lebih milih beli kaos lokal dengan desain absurd ketimbang merch band luar negeri?
    Karena kaos skena itu tentang realitas lo sendiri.

    Kaos band itu nostalgia.
    Kaos skena itu identitas.

    Anak skena tuh haus akan otentisitas.
    Mereka pengen sesuatu yang real, bukan hasil template.
    Dan itu yang bikin brand lokal kayak Koma Baju Skena relevan banget —
    karena mereka ngerti, vibe itu nggak bisa dibikin-bikin.

    Lo nggak perlu tampil keren buat diterima, tapi tampil real biar orang ngerasa “oh, dia asli.”

    🎭Evolusi Kaos Skena: Dari Underground ke Mainstream

    Awalnya, gaya kaos skena cuma berputar di lingkaran kecil: anak gig, skater, atau komunitas indie.
    Tapi makin ke sini, fashion dunia mulai ngelirik.
    Thrasher, Stüssy, Obey, sampe brand lokal kayak Koma, semuanya ngambil inspirasi dari akar skena.

    Yang tadinya cuma dipakai nongkrong, sekarang bisa lo lihat di runway fashion atau influencer di TikTok.
    Tapi bedanya, anak skena sejati tahu cara make-nya tanpa kehilangan jati diri.
    Mereka tetep raw, tetep apa adanya, nggak berubah cuma karena trend.

    💬Kaos Skena Sebagai Media Ekspresi

    Kadang lo pengen ngomong banyak, tapi mulut males buka.
    Nah, di situ kaos skena berfungsi sebagai mulut kedua.

    Lo pengen bilang lo bosen sama sistem?
    Pakai kaos bertulisan “Society Overrated.”
    Lo pengen ngasih tahu lo lagi healing?
    Ada desain sablonan bunga layu dengan tulisan kecil “Still Growing.”

    Simple, tapi kena.
    Dan itu yang bikin kaos skena punya arti personal buat tiap pemakainya.

    🔥Gaya Hidup Skena: Lebih dari Sekadar Baju

    Intinya, kaos skena itu bukan cuma fashion.
    Itu cara hidup.
    Cara lo milih, cara lo pake, bahkan cara lo ngerawat bajunya — semuanya bagian dari narasi lo sendiri.

    Anak skena nggak beli baju karena mau flexing, tapi karena dia ngerasa konek sama isi di baliknya.
    Itulah kenapa tiap sablon di Koma Baju Skena punya makna kecil yang cuma bisa ditangkep kalo lo ngeliat lebih dalem.

    Dan ya, di era digital kayak sekarang, jujur aja: yang real itu langka banget.
    Makanya anak skena makin dibutuhin — biar dunia fashion nggak kehilangan sisi jujurnya.

    🖤Last but not leaset – Kaos Skena Itu Cermin Diri Lo

    Jadi kalo ada yang nanya, apa bedanya kaos band sama kaos skena?
    Jawab aja simpel:

    Kaos band itu nyeritain idola lo.
    Kaos skena nyeritain lo sendiri.

    Dan kalau lo lagi cari kaos yang bukan cuma “buat tampil keren,” tapi juga punya makna di balik desainnya,
    lo tau ke mana harus cari —
    👉 Koma Baju Skena, tempat di mana vibe jalanan ketemu jujur-nya diri lo sendiri.

  • Sejarah dan Perkembangan Fashion Skena di Indonesia

    🌆 Awal Mula: Dari Musik ke Gaya Hidup

    fashion skena, streetwear indonesia, outfit skena, kaos skena, fashion jakselKalau ngomongin skena, yang langsung muncul di kepala pasti anak nongkrong yang pakai kaos band, tote bag lusuh, dan nongkrong di kafe dengan musik indie pelan di latar. Tapi sebenarnya, istilah skena datang dari kata “scene” — komunitas atau lingkaran sosial tertentu, biasanya yang berkaitan dengan musik underground, punk, atau indie. (more…)