Sejarah dan Perkembangan Fashion Skena di Indonesia

🌆 Awal Mula: Dari Musik ke Gaya Hidup

fashion skena, streetwear indonesia, outfit skena, kaos skena, fashion jakselKalau ngomongin skena, yang langsung muncul di kepala pasti anak nongkrong yang pakai kaos band, tote bag lusuh, dan nongkrong di kafe dengan musik indie pelan di latar. Tapi sebenarnya, istilah skena datang dari kata “scene” — komunitas atau lingkaran sosial tertentu, biasanya yang berkaitan dengan musik underground, punk, atau indie.

Di Indonesia, budaya skena mulai kelihatan di akhir 90-an sampai awal 2000-an, waktu musik indie mulai punya tempat sendiri di luar TV dan radio. Band kayak Superglad, Rocket Rockers, dan The Upstairs jadi panutan, bukan cuma karena musiknya, tapi juga karena gayanya yang beda dari arus utama.

Zaman itu, anak skena nggak peduli tampil mewah atau branded. Yang penting vibe-nya dapet.

Kaos band, celana ketat, sepatu converse, dan jaket kulit udah cukup buat nunjukin identitas lo: “Gue anak skena, dan gue bebas.”

🧢 Era 2000-an: Distro, Kaos Band, dan Identitas Diri

Tahun 2000-an adalah masa keemasan fashion skena di Indonesia.
Bersamaan dengan menjamurnya distro lokal kayak 3Second, Ouval Research, dan Cosmic, anak muda mulai punya tempat buat beli outfit yang beda dari toko biasa.
Setiap kaos distro punya cerita. Ada yang ngegambarin band lokal, ada juga desain aneh tapi keren — dan semua itu bikin lo kelihatan punya taste.
Waktu itu, fashion skena jadi bentuk statement.
Kalau lo pakai kaos band The Upstairs atau Superman Is Dead, lo seakan-akan bilang, “Gue nggak ikut arus, gue punya selera sendiri.”
Buat cewek, gaya skena di masa itu identik sama rok mini, sepatu docmart, dan eyeliner tebal.
Sementara cowok lebih banyak main di kaos oversize, jeans belel, dan beanie hitam.
Semua gaya itu ngebentuk satu identitas besar: berani tampil beda.

🎸 2010-an: Dari Distro ke Streetwear & Thrifting

Masuk era 2010-an, musik indie makin meluas, dan fashion skena mulai berevolusi.
Kalau dulu gaya anak skena terkesan “liar” dan penuh perlawanan, sekarang mulai muncul sisi yang lebih chill dan minimalis.
Muncul istilah baru: streetwear skena.
Kaos polos tapi cutting-nya pas, hoodie oversize, celana kargo, dan tote bag logo kecil jadi tren.
Brand kayak Thanksinsomnia, Erigo, dan Dreambirds Artwear ngebawa nuansa baru — tetap rebellious, tapi lebih clean dan estetik.
Selain itu, thrifting mulai booming.
Baju-baju bekas impor dari Jepang atau Korea jadi incaran anak muda. Bukan cuma karena murah, tapi karena unik — nggak ada yang punya item yang sama.
Dan ini yang bikin fashion skena makin kuat: nilai keaslian dan keunikan.
“Buat apa pakai brand mahal, kalau lo cuma nyontek gaya orang lain?”
Kalimat kayak gitu jadi pegangan anak skena generasi baru.

đź§· Gaya Unisex & Genderless Mulai Naik

Di era ini juga, batasan gender dalam fashion mulai hilang. Cowok bisa pakai crop top, cewek bisa pakai celana baggy.
Anak skena nggak peduli soal “cowok banget” atau “cewek banget” — yang penting nyaman dan punya karakter.
Konsep unisex fashion ini akhirnya bikin fashion skena terasa inklusif. Semua orang bisa bergaya tanpa takut di-judge.
Lo bisa tampil soft boy hari ini, grunge girl besok, dan minimalist streetwear minggu depan — tetap lo yang punya gaya itu.
fashion skena, ootd, ootd skena
Fashion Cowok Skena

 

🪩 2020-an: TikTok, Streetwear, dan Skena Pop

Masuk 2020-an, fashion skena berubah drastis.
Dari yang dulu cuma dikenal di gigs dan distro, sekarang tampil di FYP TikTok dan runway fashion week.

TikTok punya peran besar di sini.
Tren seperti “OOTD anak skena”, “thrift look under 100K”, atau “streetwear aesthetic” sering banget viral.
Konten ini bikin gaya skena nggak lagi eksklusif buat anak band, tapi juga buat siapa aja yang pengen tampil beda tapi tetap keren.

Influencer lokal kayak Awkarin, Jeje Slebew, dan Raden Rauf juga ikut ngebentuk image baru fashion skena — lebih urban, lebih playful, tapi masih punya semangat bebas yang sama.

Crop top, tracktop Adidas, celana kargo, dan sepatu vintage jadi fit wajib buat nongkrong, foto mirror selfie, atau sekadar jalan sore di coffee shop.

đź‘• Ciri Khas Fashion Skena Zaman Sekarang

Kalau lo mau tahu apakah gaya lo udah “skena” atau belum, nih beberapa ciri khas yang lagi hype:

  • Oversized everywhere – Dari t-shirt sampai jaket, semua serba longgar. Biar keliatan effortless dan chill.
  • Earth tone & monokrom vibes – Warna netral kayak hitam, abu, coklat, atau cream bikin tampilan lo “kalem tapi niat”.
  • Mix thrift & branded – Kaos thrift-an dipaduin sama sneakers ori? Gaya paling skena banget.
  • Aksesori minimal tapi niat – Kalung rantai, cincin silver, atau beanie kecil bisa jadi final touch yang bikin look lo stand out.
  • Genderless freedom – Lo nggak harus nurutin “standar cowok atau cewek”. Fashion skena itu bebas.

đź’Ą Brand Lokal yang Ngebawa Semangat Skena

Beberapa brand lokal yang jadi backbone-nya fashion skena Indonesia:

  • Erigo — mulai dari distro kecil sampai tampil di New York Fashion Week.
  • Thanksinsomnia — desain misterius dengan tone gelap, cocok buat vibe “anak malam”.
  • Rawtype Riot — punya ciri khas tipografi bold dan pesan kuat di setiap koleksi.
  • Eiger Urban — gaya streetwear dengan sentuhan lokal dan wearable buat daily look.
  • Bloods Company — legenda distro Bandung yang tetap eksis sampai sekarang.

Mereka semua jadi bukti kalau skena culture udah naik kelas dari sekadar komunitas jadi industri kreatif yang keren dan bernilai.

đź§  Filosofi di Balik Fashion Skena

Yang bikin fashion skena beda bukan cuma bajunya, tapi maknanya.
Setiap potongan outfit nyeritain sesuatu — tentang kebebasan, ekspresi diri, dan keberanian jadi diri sendiri.

Anak skena nggak suka ikut-ikutan. Mereka lebih suka eksperimen, nyoba warna atau potongan yang aneh, dan justru itu yang bikin mereka menarik.

Fashion skena juga jadi safe space buat orang-orang yang ngerasa nggak cocok sama “standar keren” versi society.
Di dunia skena, lo diterima apa adanya — asal lo jujur sama diri sendiri.

anak skena, streetwear skena
anak skena

🎤 Kesimpulan: Skena Nggak Pernah Mati

Dari gigs bawah tanah sampai TikTok, fashion skena udah melewati banyak fase.
Dari kaos band belel sampai hoodie oversize branded, semua punya tempatnya sendiri.

Satu hal yang nggak berubah: semangat kebebasan dan ekspresi diri.
Itulah yang bikin fashion skena terus hidup — bukan karena tren, tapi karena vibe-nya real.

Selama masih ada anak muda yang berani tampil beda dan jujur sama gayanya,
jiwa skena bakal terus hidup di setiap outfit, setiap musik, dan setiap gaya nongkrong.

Skena bukan cuma soal fashion.
Skena adalah cara lo mengekspresikan diri tanpa minta izin sama siapa pun. 

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *